Mengenal Penyakit Gangguan Retina Degenerasi Makula Basah

Kesehatan48 Views

Mengenal Penyakit Gangguan Retina Degenerasi Makula Basah Gangguan retina mungkin terdengar seperti istilah medis yang rumit bagi sebagian orang, namun penyakit ini adalah salah satu penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Salah satu bentuk yang paling berbahaya adalah Degenerasi Makula Basah atau Wet Age-related Macular Degeneration (Wet AMD), sebuah kondisi yang dapat merusak penglihatan sentral seseorang secara perlahan tapi pasti. Penyakit ini sering kali datang tanpa gejala awal yang mencolok, hingga akhirnya penderitanya menyadari bahwa pandangan mereka mulai kabur, melengkung, atau bahkan hilang di bagian tengah.

Degenerasi makula basah menyerang bagian retina yang paling penting untuk penglihatan tajam, yakni makula. Di sinilah tempat kita mengenali wajah seseorang, membaca tulisan, atau melihat detail warna. Ketika makula rusak, aktivitas sederhana seperti membaca koran atau menyetir di malam hari bisa menjadi tantangan besar.

“Penyakit ini seperti pencuri dalam gelap—datang perlahan, tanpa rasa sakit, dan baru disadari ketika sudah mencuri sebagian besar penglihatan kita.”

Apa Itu Degenerasi Makula Basah?

Degenerasi makula basah adalah bentuk lanjutan dari degenerasi makula terkait usia (Age-related Macular Degeneration/AMD), yang umumnya menyerang orang berusia di atas 50 tahun. Penyakit ini terjadi ketika pembuluh darah abnormal tumbuh di bawah makula dan retina. Pembuluh darah ini rapuh dan mudah bocor, menyebabkan penumpukan cairan atau darah yang merusak sel-sel retina.

Jenis ini disebut “basah” karena adanya kebocoran cairan tersebut, berbeda dengan bentuk “kering” (dry AMD) yang lebih umum dan berkembang lebih lambat. Meski hanya sekitar 10–15 persen kasus AMD yang berkembang menjadi tipe basah, namun bentuk ini menyumbang lebih dari 80 persen kasus kehilangan penglihatan parah akibat AMD.

Secara medis, degenerasi makula basah termasuk penyakit progresif yang tidak bisa disembuhkan total. Namun kabar baiknya, dengan deteksi dini dan pengobatan tepat, laju kerusakan penglihatan dapat diperlambat secara signifikan.

“Degenerasi makula bukan hanya persoalan usia, tapi tentang bagaimana kita menjaga ‘jendela dunia’ agar tidak buram sebelum waktunya.”

Proses Terjadinya: Saat Retina Mulai ‘Bocor’

Untuk memahami penyakit ini, kita perlu tahu bagaimana mata bekerja. Retina adalah jaringan tipis di bagian belakang mata yang berfungsi menangkap cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal listrik yang dikirim ke otak. Di tengah retina terdapat makula, area kecil yang memungkinkan kita melihat detail halus dan warna dengan jelas.

Pada penderita degenerasi makula basah, pembuluh darah baru mulai tumbuh secara tidak normal di bawah makula, tepat di lapisan bernama retinal pigment epithelium (RPE). Pembuluh ini rapuh dan mudah pecah, mengeluarkan cairan dan darah ke jaringan retina. Akibatnya, sel-sel fotoreseptor (sel yang menangkap cahaya) menjadi rusak dan mati, sehingga penglihatan pusat mulai terganggu.

Penyebab pasti kenapa pembuluh darah abnormal itu muncul belum sepenuhnya dipahami, namun faktor usia, genetik, paparan sinar ultraviolet, dan gaya hidup tidak sehat seperti merokok diyakini berperan besar.

“Bayangkan retina seperti kanvas halus. Sekali ada tetesan air di atasnya, lukisan yang indah bisa berubah menjadi kabur dan tak terbaca lagi.”

Gejala yang Harus Diwaspadai

Salah satu masalah utama dari degenerasi makula basah adalah gejalanya sering kali datang perlahan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Banyak penderita baru sadar setelah penglihatannya benar-benar terganggu. Namun, ada beberapa tanda khas yang sebaiknya segera diperiksakan ke dokter mata:

  • Pandangan kabur atau berbayang di bagian tengah. Tulisan di koran tampak samar, atau wajah orang terlihat buram saat menatap langsung.
  • Garis lurus tampak melengkung atau bergelombang. Fenomena ini disebut metamorphopsia, dan merupakan gejala klasik makula rusak.
  • Muncul bintik gelap di tengah penglihatan. Seperti ada noda atau lubang yang menghalangi pandangan.
  • Kesulitan mengenali wajah atau warna.
  • Kebutuhan akan cahaya yang lebih terang saat membaca.

Pada tahap lanjut, penderita bisa kehilangan penglihatan sentral sepenuhnya. Meski begitu, penglihatan tepi (peripheral vision) biasanya masih bertahan, sehingga seseorang tidak menjadi buta total.

“Orang sering mengira penglihatan buram hanyalah tanda usia, padahal bisa jadi itu peringatan dini dari tubuh yang sedang berusaha bicara.”

Siapa yang Berisiko Terkena Penyakit Ini?

Degenerasi makula basah tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan terkena penyakit ini.

  1. Usia di atas 50 tahun. Risiko meningkat drastis setelah usia 60 tahun.
  2. Faktor genetik. Riwayat keluarga dengan AMD meningkatkan kemungkinan hingga dua kali lipat.
  3. Perokok aktif. Nikotin mempersempit pembuluh darah dan mempercepat kerusakan retina.
  4. Paparan sinar matahari berlebih. Radiasi ultraviolet dapat merusak jaringan retina.
  5. Konsumsi makanan tidak sehat. Diet tinggi lemak jenuh dan rendah antioksidan mempercepat degenerasi sel.
  6. Penyakit kronis. Seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi yang mempengaruhi pembuluh darah mata.

Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 196 juta orang di seluruh dunia menderita AMD, dan jumlah ini diperkirakan meningkat hingga lebih dari 280 juta pada tahun 2040.

“Penyakit mata tidak mengenal waktu. Yang muda mungkin tak merasakannya sekarang, tapi gaya hidup hari ini bisa menentukan penglihatan di masa depan.”

Diagnosis: Dari Tes Amsler hingga OCT

Pemeriksaan dini menjadi kunci utama untuk mendeteksi degenerasi makula basah sebelum terlambat. Dokter spesialis mata biasanya melakukan serangkaian tes berikut untuk memastikan diagnosis:

1. Tes Amsler Grid.
Pasien diminta melihat kotak bergaris seperti papan catur. Jika garis tampak melengkung atau ada bagian yang hilang, itu pertanda kerusakan pada makula.

2. Pemeriksaan Fundus.
Menggunakan alat ophthalmoscope, dokter melihat langsung kondisi retina dan makula di bagian belakang mata.

3. Fluorescein Angiography.
Pewarna khusus disuntikkan ke pembuluh darah, lalu difoto untuk melihat apakah ada kebocoran cairan di retina.

4. Optical Coherence Tomography (OCT).
Teknologi ini memungkinkan dokter melihat struktur retina dalam gambar tiga dimensi, mendeteksi cairan, penebalan, atau pembengkakan makula dengan sangat detail.

“Teknologi medis kini mampu melihat hingga ke lapisan terdalam mata manusia, tapi tetap saja, deteksi dini jauh lebih berharga daripada pengobatan terlambat.”

Pilihan Pengobatan Modern

Meskipun belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan degenerasi makula basah, berbagai terapi dapat memperlambat atau menghentikan kerusakan penglihatan. Berikut beberapa metode yang umum dilakukan:

1. Injeksi Anti-VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor).
Metode ini menjadi terapi utama saat ini. Obat seperti ranibizumab, aflibercept, dan bevacizumab disuntikkan langsung ke mata untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah abnormal. Biasanya dilakukan setiap 4–6 minggu.

2. Terapi Laser.
Digunakan untuk menutup pembuluh darah yang bocor di retina, terutama pada kasus yang belum terlalu parah. Namun tidak semua pasien cocok dengan metode ini.

3. Photodynamic Therapy (PDT).
Kombinasi antara obat dan laser dengan intensitas rendah untuk menghancurkan pembuluh darah abnormal tanpa merusak jaringan retina sehat di sekitarnya.

4. Suplemen dan nutrisi mata.
Penelitian Age-Related Eye Disease Study (AREDS) menunjukkan bahwa kombinasi vitamin C, E, zinc, lutein, dan zeaxanthin dapat memperlambat perkembangan AMD.

“Suntikan di mata memang terdengar menakutkan, tapi bagi banyak pasien, itu seperti ‘cahaya harapan’ agar bisa terus melihat wajah orang yang mereka cintai.”

Peran Nutrisi dan Gaya Hidup

Selain terapi medis, pola hidup sehat menjadi faktor penting dalam mencegah dan memperlambat kerusakan retina. Makanan kaya antioksidan seperti bayam, wortel, brokoli, serta ikan berlemak tinggi omega-3 (seperti salmon dan tuna) sangat baik untuk kesehatan mata.

Mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok, dan menjaga berat badan ideal juga dapat menurunkan risiko AMD. Selain itu, menggunakan kacamata hitam dengan proteksi UV saat beraktivitas di luar ruangan membantu melindungi retina dari paparan sinar matahari langsung.

Beberapa dokter juga menyarankan olahraga teratur seperti berjalan kaki 30 menit setiap hari untuk meningkatkan sirkulasi darah ke retina.

“Apa yang kita makan, bagaimana kita hidup, dan seberapa sering kita memandang matahari tanpa perlindungan—semuanya tercermin di mata kita suatu hari nanti.”

Tantangan Psikologis Bagi Penderita

Hilangnya penglihatan sentral sering kali membawa dampak emosional yang besar bagi penderita. Banyak pasien merasa kehilangan kemandirian, terutama mereka yang terbiasa aktif membaca, bekerja, atau mengemudi. Tidak jarang, kondisi ini memicu stres, kecemasan, hingga depresi ringan.

Karena itu, pendampingan keluarga dan dukungan psikologis sangat penting. Beberapa rumah sakit besar di Indonesia kini mulai menyediakan program low vision rehabilitation, yang membantu pasien belajar menggunakan penglihatan tepi untuk beraktivitas sehari-hari.

Teknologi modern juga membantu, seperti aplikasi pembaca layar, perangkat pembesar digital, dan buku elektronik dengan huruf besar. Semua ini memberi kesempatan bagi penderita untuk tetap produktif dan menikmati hidup meski dengan keterbatasan penglihatan.

“Kehilangan penglihatan tidak berarti kehilangan harapan. Mata mungkin buram, tapi semangat hidup harus tetap jernih.”

Kasus di Indonesia dan Kesadaran Publik

Di Indonesia, kesadaran terhadap penyakit retina masih tergolong rendah. Banyak masyarakat menganggap gangguan penglihatan sebagai hal biasa akibat faktor usia. Padahal, jika diperiksa sejak dini, banyak kasus degenerasi makula yang bisa dikendalikan.

Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menunjukkan bahwa sekitar 15–20 persen orang berusia di atas 60 tahun mengalami tanda-tanda awal AMD. Namun, sebagian besar datang ke dokter saat kondisi sudah parah.

Program edukasi dan pemeriksaan mata rutin mulai digencarkan di beberapa kota besar. Rumah sakit mata di Jakarta, Surabaya, dan Makassar kini menyediakan layanan OCT dan injeksi anti-VEGF dengan biaya yang lebih terjangkau. Meski demikian, akses di daerah terpencil masih menjadi tantangan besar.

“Masyarakat sering lupa, melihat dengan jelas adalah hak yang sama pentingnya dengan bernapas. Pemeriksaan mata seharusnya menjadi kebiasaan, bukan pilihan.”

Harapan dari Dunia Medis

Dunia medis tidak berhenti mencari solusi untuk penyakit ini. Penelitian terbaru berfokus pada terapi gen dan sel punca (stem cell therapy) yang diharapkan mampu memperbaiki jaringan retina yang rusak. Beberapa uji klinis di Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan hasil positif, meski masih dalam tahap pengembangan.

Selain itu, ilmuwan juga tengah mengembangkan implan retina buatan yang berfungsi menggantikan sel-sel makula yang mati. Teknologi ini diharapkan suatu hari bisa mengembalikan sebagian penglihatan bagi penderita degenerasi makula stadium lanjut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *